Sejarah Kejatuhan Indeks Harga Saham Gabungan

Ada beberapa hal penting terjadi selama 2 bulan terakhir yang bisa dijadikan sebuah catatan bagi para investor, kejadian demi kejadian ini telah memberikan sinyal atas kejatuhan index hingga hari ini. Apa saja hal-hal penting itu…?

29 September:

Saham BNII kembali disuspen karena makin tingginya ketidakpastian akuisisi oleh Maybank. Menjelang libur panjang selama seminggu menjelang lebaran indeks ditutup melemah tipis 0,7% menjadi 1.832 dengan nilai transaksi relatif kecil mencapai Rp 2,2 trilliun. Indeks LQ-45 turun 3,8 poin (1%) ke level 369 dan Jakarta Islamic Index (JII) turun 4,3 poin (1,5%) ke posisi 286. Sepinya transaksi karena para investor menahan diri dari bursa karena kondisi gonjang-ganjing pasar global. Sementara itu Hangseng ditutup melemah 4,3% akibat naiknya suku bunga mortgage oleh HSBC sehingga sektor properti merosot tajam. Indeks Nikkei melemah 1,2%, STI melemah 2,3%, dan Kospi melemah 1,3%.

6 Oktober:

Hari pertama pasca libur lebaran (30 September - 3 Oktober) indeks turun tajam sebesar 10% keposisi 1.648 mendekati level terendah intraday pada bulan September di level 1.592. Penurunan dipicu oleh faktor eksternal seperti akumulasi penurunan bursa-bursa global selama masa liburan, turunnya harga minyak yang break dibawah US$ 90/barrel sehingga membuat kontrak CPO turun dibawah RM 2.000/ton serta melemahnya nilai tukar rupiah ke posisi diatas 9.500/US$ mengikuti pelemahan mata uang regional lainnya seperti dolar Hong Kong yang melemah 0,01%, rupee India turun 4,93%, won Korea anjlok 12,43%, peso Filipina melemah 2,73%, dolar Singapura melemah 3,91%, bath Thailand melemah 1,51%, dan dolar Taiwan melemah 1,03%.

Di saat bersamaan, BPS mengumumkan data inflasi untuk bulan September yang tercatat 0,97% atau 12,14% (yoy), sedangkan untuk tahun kalender dari Januari- September mencapai 10,47%. Angka inflasi tersebut merupakan laju inflasi paling tinggi pada 3 tahun terakhir dan lebih tinggi dari bulan Agustus yang mencapai 0,51%. Pengumuman inflasi pada siang hari tersebut makin menekan bursa hingga merosot 10% sehingga terdapat 15 emiten yang terkena penghentian perdagangan saham otomatis (auto reject) karena menyentuh batas bawah maks penurunan sebesar 30%. Bursa di Asia juga terseret gelombang panic selling seperti Hang Seng turun 4,97%, Seoul turun 4,29%, Nikkei turun 4,25%, Shanghai turun 5,23%, STI Singapura anjlok 5,26%, dan Taiwan turun 4,12%.

7 Oktober:

Otoritas Bursa Efek Indonesia mensuspend saham Bakrie Group yakni PT Bakrie & Brothers (BNBR), PT Bumi Resources (BUMI), PT Energi Mega Persada (ENRG), PT Bakrieland Development (ELTY), PT Bakrie Sumatera Plantations (UNSP) dan PT Bakrie Telecom (BTEL). Bursa juga mensuspend kegiatan PT Danatama Makmur sejak sesi II karena dikabarkan gagal bayar terhadap penyelesaian transaksi saham yang jatuh tempo pada 6 Oktober (transaksi terjadi pada 26 September).

Banyaknya rumor negatif tentang grup Bakrie dan gagal bayar oleh salah satu broker ditambah pernyataan dari sebuah house asing untuk menghindari surat utang di Indonesia makin membuat investor kembali melakukan sell off. Kondisi negatif yang demikian membawa psikologis market sehingga terjadi panic selling yang makin menekan investor pengguna fasilitas margin atau repo dibawah bayang forced sell.

Indeks sebelumnya pada sesi I sempat menguat 2.2% ke level 1.651 sebelum akhirnya ditutup melemah 1.7% ke posisi 1.619.

Bank Indonesia memajukan Rapat Dewan Gubernur dari awalnya 8 Oktober sebagai respons dari kondisi krisis keuangan global. BI rate akhirnya kembali naik 25 bps ke level 9.5% untuk menekan laju inflasi dan laju pertumbuhan kredit perbankan.

8 Oktober:

Black Wednesday.
Anjloknya saham ISAT hingga auto reject turun hingga Rp 1.200 atau 23,3% menjadi Rp 3.950 diduga memicu investor panik sehingga melakukan sell off saham blue chip lainnya seperti PTBA dan ASII. Saham PTBA turun Rp 1.750 atau 25% menjadi Rp 5.250 dan saham ASII turun Rp 3.200 atau 20% menjadi Rp 12.800.

Pada pukul 11.08 WIB, perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia disuspend setelah indeks meluncur ke bawah hingga 10,38% atau 168 poin ke posisi 1.451. Sementara itu nilai transaksi hanya mencapai Rp 988 miliar, frekuensi tercatat 27.494 kali dan volume 1,129 miliar saham. Posisi tersebut merupakan terendah sejak September 2006. Bursa Efek Indonesia sebelumnya pernah ditutup pada 13 September 2000 ketika ada peledakan bom ketika dulu masih bernama Bursa Efek Jakarta.

Sebelumnya dari analisa tehnikal indikator MACD dan MA (8 September) telah membentuk pola death cross yang mengkonfirmasi indeks dalam trend bearish. Penurunan hingga sebesar 10,38% tersebut merupakan terburuk dibanding bursa lainnya di Asia seperti Hang Seng yang anjlok 5,44%, Seoul turun 3,54%, KOSPI turun 3,42%, Nikkei turun 4,54%, STI turun 3,84%, Taiwan turun 4,34% dan Australia turun 4,04%.

Selain Bursa Efek Indonesia, bursa efek di Rusia yakni Micex memasuki hari kedua suspend setelah mengalami penurunan indeks sebesar 14,4% kemudian Bucharest Stock Exchange di Rumania juga melakukan suspend setelah merosot sebesar 9,3% atau anjlok 18% dalam tiga hari perdagangan terakhir. Seandainya dibandingkan sejak akhir tahun lalu telah terpuruk minus 65%.

Kondisi yang kritis tersebut membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama menteri dibidang ekonomi, BI, pemangku kepentingan bursa menggelar rapat kabinet terbatas pukul 22.00 WIB di Kantor Presiden guna membahas anjloknya bursa saham.

Sementara itu, Bank Indonesia menyatakan cadangan devisa turun US$ 1,2 miliar dalam satu bulan menjadi US$ 57,108 miliar atau setara dengan kebutuhan 4,5 bulan kali impor. Besarnya devisa yang dimiliki saat ini relatif aman karena diatas 3 bulan kali impor.

9 Oktober:

Pemerintah menyiapkan lima langkah stabilisasi pasar diantaranya memperbesar porsi saham yang dapat di buy back dari 10% menjadi 20%, meniadakan batasan pembelian saham dalam satu hari dari sebelumnya maksimal 25% dari volume perdagangan harian menjadi 100%, membolehkan buy back tanpa RUPSLB namun cukup keterbukaan informasi, menyiapkan dana infrastruktur sebesar Rp 4 triliun untuk membantu BUMN buy back saham.

Sebanyak enam emiten BUMN terdiri dari ANTM, SMGR, PTBA, TLKM, JSMR, dan PGAS siap melakukan program buy back sahamnya. Sementara itu, BUMN perbankan tidak akan melakukan program buy back karena dana yang dimiliki untuk modal. Menkeu Sri Mulyani dalam jumpa pers di Gedung Depkeu menyatakan pemerintah dan otoritas bursa berencana membuka kembali perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia besok Jumat 10 Oktober.

Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan menurunkan angka giro wajib minimum (GWM) untuk menambah likuiditas perbankan yakni dari 9,08% menjadi 7,5%. Sedangkan untuk proporsi yang menjadi primary reserve dan secondary reserve akan diatur kemudian. Selain itu, LDR juga tidak akan diperhitungkan lagi sebagai faktor penghitungan GWM.

Sementara BEI di suspend kondisi bursa regional mulai rebound seperti halnya Hangseng menguat 3,3%, Shanghai naik 0,6%, dan Singapura naik 2,09% sedangkan Nikkei ditutup melemah tipis 0,5%.

10 Oktober:

Bursa Efek Indonesia akhirnya membatalkan membuka perdagangan bursa dan memutuskan menutup satu hari penuh perdagangan saham dan baru akan dibuka Senin 13 Oktober. Langkah tersebut diambil karena kondisi bursa global masih kritis merosot tajam. Sementara itu nilai tukar rupiah antar bank sempat menembus diatas level Rp 10.300/USD.

12 Oktober:

Bumi Resources Tbk (BUMI) di dalam jumpa pers menyatakan akan melakukan buy back sebesar 20% dari semula 3% atau sebanyak 3,88 miliar saham. Sementara mengenai suspensi saham, Bakrie & Brothers (BNBR) meminta suspensi diperpanjang selama transaksi penjualan saham anak usahanya selesai. Dikabarkan saat ini Group Bakrie tengah melakukan rasionalisasi investasi dengan menawarkan saham beberapa anak perusahaan ke berbagai pihak diantaranya Avenue Asia, Credit Lyonnais, dan 4 konsorsium lokal (Sampoerna dan Djarum) juga Tata Group.

13 Oktober:

Otoritas bursa membuka kembali perdagangan saham, tanpa pre-opening dan adanya pembatasan auto rejection sebesar 10% dari sebelumnya 30%. Saham yang sempat terkena auto rejection batas atas antara lain Adhi Karya (ADHI), Timah
(TINS), Bank BRI (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA), Telkom (TLKM), Indosat (ISAT), BCA (BBCA) dan Perusahaan Gas Negara (PGAS).

Indeks ditutup menguat tipis 10 poin (0,7%) menjadi 1.461 dari sebelumnya sempat terkoreksi 92 poin. Dampak positif dari auto rejection yang baru yakni penurunan menjadi terbatas begitu juga bagi short seller makin terjepit menjalankan aksinya. Namun sebaliknya tidak bisa mengejar reboundnya bursa saham Asia seperti Hang Seng yang melonjak 10,24%, Seoul naik 3,79%, KOSPI naik 3,62%, Shanghai naik 3,65% dan STI Singapura naik 7,18%.

Investor juga menyambut positif keluarnya Perpu UU tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang menjamin simpanan yang sebelumnya maksimal Rp 100 juta menjadi Rp 2 miliar atau naik 20 kali lipat mengikuti Eropa dan Australia.
Sementara itu, Bakrie Group melakukan public expose guna menjelaskan berbagai rumor atau isu yang cenderung menyesatkan di pasar.

14 Oktober:

Bank Indonesia kembali mengumumkan kebijakan baru termasuk di dalamnya pelonggaran Giro Wajib Minimum Valas.

15 Oktober:

Menyikapi kondisi bursa yang dinamis, Bursa Efek Indonesia mengeluarkan peraturan baru auto rejection (SE-005/BEI.PSH/10-2008) yakni batas atas menjadi 20% dari sebelumnya 10% sedangkan batas bawah tetap sama 10%. Selama ini pemberlakuan auto rejection selalu simetris antara batas atas dan bawah namun karena kondisi pasar yang sedang tertekan krisis keuangan global maka berubah menjadi asimetris.

From : Detikfinance.Com

No comments: