Scam : Seminar Forex Lumen

Saya dengan latar belakang pekerjaan banking di bidang forex, tertarik dengan iklan workshop forex yang diadakan oleh "LCR", boleh dibilang iklannya adalah yang paling besar yang pernah saya lihat di beberapa media cetak disertai dengan foto CEOnya yang handsome... karena tertarik dengan robot system yang dipromosikan, kira2 bulan april bersama kawan2 mendaftar untuk ikut workshop tersebut dengan biaya Rp.9,5 juta ..

Dengan kepiawaiannya si CEO tersebut mengajarkan suatu cara untuk main forex dengan resiko nol, system yang disebut immortal. Ternyata cara tersebut bukanlah suatu ilmu baru, dan bukanlah suatu cara yang dapat diandalkan untuk jangka panjang, saya tidak tertarik, karena
triknya hanyalah menggunakan celah dari perbedaan swap interest di antara 2 broker, dan kita malahan tidak tenang, karena system itu sangat labil dan tidak disukai oleh pihak broker.

Selanjutnya diajarkan suatu cara trading dengan menggunakan robot.... Robot system memang saya butuhkan agar saya tidak harus selalu berada di depan monitor, tetapi ternyata robotnya tidak memadai, karena kita sebagai pembeli masih disuruh untuk mensetting robot yang sangat complicated, dan tidak memperbesar probabilitas profit dalam trading...
Cukup lama saya berusaha mendalami produk mereka, ternyata memang tidak bisa dipakai untuk trading, berbagai macam test sudah saya lakukan tapi hasilnya jelek..

Saya capek mempelajari robot systemnya, kemudian saya minta hasil uji coba robot tersebut dengan maksud saya mau test kehandalan robot tersebut dengan setting dari si pembuat yang katanya dahsyat.. (lazimnya sebuah tools yang dijual sudah melalui tahapan uji coba yang matang)...ternyata si CEO dan partnernya, justru tidak pernah menggunakan robot tersebut sebagai andalan trading mereka, bahkan tampaknya mereka tidak melakukan trading forex, karena sampai saat ini mereka terus berkelit dengan berbagai dalih agar saya tidak menuntut hasil uji coba yang seharusnya mereka lakukan atas produk tersebut...

Mungkin karena mereka grogi, mereka menawarkan untuk segera mengembalikan uang saya....he he he saya malah jadi curiga, ada apa sih sebenarnya....wong awalnya saya berniat mau minta settingan yang mereka pergunakan untuk saya pergunakan juga. Membeli robot mereka, ibaratnya kita membeli sebuah mobil dengan harga yang mahal, tapi kita disuruh merakit sendiri mobil tersebut...he he he he terlalu deh....

Jadi sekarang saya kembali ke system trading yang lama, yaitu manual saja, jauh lebih tenang dan stabil dan santai dalam menjalankannya...cuma repotnya kalau sedang ada trading saya jadi gak bisa pergi2, makanya saya berniat beli robot, ternyata kecele tuh...

Saya sekarang prihatin sekalil dengan begitu banyaknya partisipan (saya perkirakan hampir seribu) yang tidak mengerti bahwa mereka sebenarnya tidak mendapat produk yang sesuai dengan yang dijanjikan, bahkan hampir tidak ada yang mendapatkan profit dari system yang
ditawarkan...kalau saya pribadi sih mengatakan produknya tidak layak pakai...

Pihak "LCR" setiap bulan pasti mengadakan workshop, option atau forex...setiap angkatan workshop rata 100 peserta....jadi setiap bulan pihak "LCR" mendapat uang segar 100 x Rp.9.500.000,- = Rp.950.000.000,- kadangkala dalam sebulan ada 2 kali workshop...waaah
luar biasa..

TTM yang baik,
Langkah apa yang sebaiknya saya lakukan, karena nurani saya tidak tega membiarkan korban yang bertambah terus...bisa saja saya langsung menerima uang yang dikembalikan dan urusan saya selesai, tapi saya masih belum mau menerimanya...

Mungkin TTM ada yang punya usul, langkah apa yang harus ditempuh oleh para partisipan..? Apakah harus mengadu ke YLKI (apa diladeni..?) Tujuannya agar jangan sampai tambah banyak yang kecele..

Mungkin ada diantara TTM yang juga kecele..? japri saya deh..

Written by Willy Maringka @ Obrolan Bandar

Fenomena Ekonomi yang mendidik rendah hati

Image

Jatuhnya IHSG setelah masa rebound 2 minggu lalu menjadi konfirmasi super bearish akan segera berlangsung hingga akhir oktober. Rencana bailout pemerintah mendapat respon yang sangat emosional oleh masyarakat. Euphoria masyarakat dengan level yang sangat tinggi akhirnya membuat saham - saham mengalami auto rejection offer sejak awal pembukaan perdagangan IHSG beberapa hari yang lalu.

Rencana Buy back pemerintah di hari - hari awal rebound belum terlaksana sepenuhnya namun telah memberi efek greedy yang luar biasa, dan terkesan masyarakat takut tertinggal kereta. Tiga hari terakhir sebelum akhir pekan sekuritas yang ditunjuk pemerintah untuk melakukan program buy back malah menjadi penjual terbesar pada saham - saham BUMN yang dapat kita lihat dari transaksi perdagangan saham pada software-software online trading. Mengapa ? tentunya pemerintah memiliki alasan tersendiri. Tetapi masyarakat cukup pandai dalam crash kali ini. Mengapa? Terjadi Auto rejection pada posisi bid berkali - kali menunjukan adanya kesamaan cara pandang antara masyarakat kita.

Sejak awal 2008, berita hancurnya ekonomi Amerika Serikat masih terbungkus rapi. Tentunya ini dimaksudkan agar mereka dapat menciptakan market yang sempurna untuk melikuidkan posisi mereka di capital market. Dengan menggerakan pasar memasuki fase excess menurut Dow Theory, maka mulai dari pasar saham, oil, komoditas, mengalami bullish yang setinggi - tingginya hingga IHSG mencapai level 2.800-an dan Dow berada di area 13.000 ke atas. Pada saat itu banyak analis fundamental dan beberapa analis teknikal memberi proyeksi IHSG akan segera menyentuh level 1.800 bahkan ke 1250 pada tahun 2008. Tentunya saat itu 80% partisipan pasar modal tidak bisa menerima sudut pandang tersebut. Semakin banyak orang yang tidak dapat menerima, maka semakin berhasil proses unloading portofolio asing di negara kita.

Bullish yang memasuki fase excess adalah kesempatan terbaik untuk segera exit dari suatu bursa pada saat itu. Karena pada saat itu terjadi optimisme yang berlebihan sehingga posisi bid akan selalu terisi dengan penuh dan posisi offer akan selalu habis terbeli. Pada saat itu masyarakat masih belum sadar akan gelembung yang akan segera pecah akibat bobroknya sistem perekonomian di Amerika Serikat yang sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2002 di tandai dengan peristiwa dot com, dan mulai meletus pada Agustus 2007 saat peristiwa Subprime Mortgage.

Hari - hari terakhir masyarakat baru menyadari hal ini. Pasar saham Indonesia menjadi sangat sensitif. Melihat hal ini, saya teringat film layar lebar TITANIC. Dimana pada saat kapal tertabrak batu es masih banyak sekali para bangsawan yang tertidur dan tidak tau apa yang terjadi. Namun pada saat lampu kapal mulai padam, kepanikan yang tidak terkontrol terjadi. Seluruh penumpang sudah mengerti dengan benar apa yang terjadi dan sibuk menyelamatkan diri masing - masing. Ini terjadi pada bursa saham kita. Pada saat semua orang menyadari bahwa negara adikuasa tersebut mengalami krisis likuditas dan terjadi redeem besar - besaran dan berdampak sangat buruk bagi bursa regional khususnya Indonesia, barulah masyarakat menyelamatkan diri dengan menjual saham mereka walalu rugi sekalipun.

Hal ini dapat kita lihat dengan kejadian auto rejection pada posisi bid. Bursa saham Indonesia menjadi sangat sentimentil dan melankolis. Dengan hanya koreksi minor dari indeks DOW JONES, maka tidak sulit bagi kita melihat adanya auto rejection bid dalam perdagangan IHSG besok harinya. Begitu juga sebaliknya, sedikit saja berita buy back maka kita dapat melihat saham - saham teraktif mengalami auto rejection offer dengan mudahnya. Kebanyakan dari masyarakat Indonesia telah kehilangan arah di pasar modal.

Peristiwa Ini adalah sebuah tanda bahwa dalam suatu perdagangan saham keragaman dan perbedaan pendapat investor satu dengan yang lain sangat diperlukan. Perbedaan itulah yang akan menyebabkan pasar bergerak secara sehat. Jika dalam sebuah pasar terjadi mono interprestasi, maka pasar akan menjadi tidak sehat dan tidak dapat berlangsung.

Apakah yang harus dilakukan oleh investor ? Tetap berusaha berpikir secara rasional. Jangan pernah menempatkan harapan, emosi dan segala bentuk opini pada investasi anda. Menaruh harapan dengan cara yang tidak benar merupakan awal dari kehancuran investasi anda. Jadilah diri kita sendiri, tentukan dengan jelas tujuan berinvestasi. Akhiri kerugian segera namun biarkan keuntungan berkembang. Tanpa sebuah perencanaan investasi saham yang benar, kita hanya akan menjadi korban dalam roda perdagangan yang terus berputar tanpa peduli kondisi kehidupan kita. Jangan pernah Malas dalam berinvestasi. Sikap malas adalah rayap yang memakan kayu hari demi hari hingga kayu menjadi rapuh dan tidak berguna. Mari terus belajar, menganalisa, dan selalu rendah hati.

Written by Gema Merdeka Goeyardi @ stocksforliving.com

Ilusi Finansial - Sebuah Analogi Unit Link

Alkisah pada suatu hari ada dua orang penerbit koran yang saling berkompetisi, sebutlah namanya A dan B. Kedua koran ini memiliki kualitas yang sama persis. Penerbit A menjual langganan korannya seharga Rp 50 ribu per bulan. Sedangkan penerbit B tidak puas dengan harga Rp 50 ribu per bulan karena merasa keuntungannya tidak cukup banyak, dia menjual korannya dengan biaya Rp 100 ribu/bulan.

Walaupun demikian, jika B menjual korannya dengan harga tersebut, maka korannya tidak akan laku. Dengan kualitas yang sama, bisa dibilang hampir semua konsumen akan memilih koran A yang harganya cuma setengah koran B. Dalam pasar bebas, B dihadapkan pada dua pilihan: tetap menjual dengan harga mahal tetapi mendapatkan pangsa pasar yang sedikit; atau menjual dengan harga lebih murah dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar. B tidak menginginkan kedua pilihan tersebut, yang diinginkan B adalah menjual dengan harga mahal dan mendapatkan pangsa pasar yang besar pula. Mungkinkah B melakukan hal tersebut tanpa misalnya meningkatkan kualitas korannya?

Selain pengusaha koran, B juga seorang ahli finansial yang licik sekaligus jeli dalam melihat kesempatan. Dia bukannya menjual korannya lebih murah untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar, dia justru meningkatkan harga berlangganan koran B dua kali lipat. Koran B yang tadinya dijual seharga Rp 100 ribu, kini dia jual seharga Rp 200 ribu.

Logika mengatakan bahwa posisi B di pasar koran seharusnya akan semakin terjepit. Tapi tunggu dulu. B tidak begitu saja menaikkan harga korannya. Harga berlangganan koran B yang Rp 200 ribu/bulan ini dia bagi menjadi dua porsi: porsi pertama sebesar Rp 100 ribu dialokasikan untuk biaya berlangganan korannya itu sendiri, dan sisanya sebesar Rp 100 ribu adalah porsi investasi. Dengan kata lain, B tetap menikmati harga berlangganan korannya seperti sebelumnya yaitu sebesar Rp 100 ribu/bulan. Sedangkan tambahan Rp 100 ribu yang dia pungut dari pelanggan akan disetorkannya ke sebuah instrumen investasi yang hasilnya nanti akan dikembalikan kepada pelanggan.

Jika seorang konsumen berlangganan koran B selama 10 tahun, dengan asumsi perkembangan investasi 13%, maka nilai tunai hasil investasinya akan berjumlah lebih dari Rp 24 juta. Atau dengan kata lain sudah ‘balik modal’. Selama 10 tahun, pelanggan B telah menyetorkan biaya berlangganan sebesar Rp 24 juta, dan pada akhir tahun ke-10, nilai tunai yang dia dapatkan sudah melebihi Rp 24 juta. Secara nominal, pelanggan mengeluarkan Rp 24 juta untuk berlangganan selama 10 tahun dan pada akhir tahun ke-10 uang tersebut akan dikembalikan seluruhnya. Sebagian pelanggan akan merasa telah menikmati koran B dengan gratis!

Lebih daripada itu, pelanggan dapat pula meneruskan berlangganan setelah tahun ke-10 dengan sebuah catatan: konsumen dibebaskan atas biaya berlangganan sama sekali! Pelanggan bisa terus berlangganan koran B seumur hidupnya hanya dengan membayar biaya berlangganan selama 10 tahun! Bukan hanya itu, pada akhir tahun ke-20, selain bisa menikmati koran B dengan gratis, pelanggan juga dapat menikmati hasil investasi sebesar hampir Rp 60 juta.

Jika ada yang menanyakan kepada seorang konsumen mana yang lebih dia sukai:

  • Membayar Rp 50 ribu seumur hidup untuk berlangganan koran A; atau
  • Membayar Rp 200 ribu selama 10 tahun untuk berlangganan koran B, lalu seluruh uang tersebut akan dikembalikan di akhir tahun ke-10, atau pelanggan bisa meneruskan untuk berlangganan seumur hidup dengan gratis ditambah dengan menikmati hasil investasi yang berlipat-lipat jumlah yang telah disetorkan sebelumnya.

Secara intuitif, konsumen yang awam urusan finansial akan memilih koran B. Konsumen akan merasa koran B lebih menguntungkan karena jumlah yang dia dapatkan secara nominal jauh lebih banyak daripada jumlah yang dia setorkan. Tetapi tentunya ini salah kaprah, di balik itu semua, biaya berlangganan koran B tetap saja dua kali lipat lebih mahal daripada koran A. Pelanggan tetap membayar biaya berlangganan dua kali lipat lebih mahal daripada koran A, tetapi mereka tidak menyadari telah melakukannya. Teknik berjualan seperti ini saya sebut sebagai ‘ilusi finansial’. Hanya dengan ilusi finansial, seseorang bisa mengeluarkan uang dalam jumlah besar tetapi tidak merasa mengeluarkan uang sama sekali.

Dengan memasarkan koran B dengan menggunakan ilusi finansial, B bisa menjual korannya dengan harga dua kali lipat koran A, sekaligus mendapatkan pangsa pasar yang lebih banyak dengan memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat. Selain itu, B juga dalam posisi yang lebih bagus karena memiliki margin keuntungan yang jauh lebih besar. Posisi ini bisa dimanfaatkan misalnya dengan melakukan pemasaran yang jauh lebih agresif untuk meraup pangsa pasar lebih banyak lagi.

***

Orang yang mengerti urusan finansial dan jeli melihat situasi tersebut di atas akan berpikir lain lagi: “Bagaimana jika saya tetap berlangganan koran A, dan selisih harga berlangganan koran A dan B saya investasikan sendiri secara terpisah?” Hasilnya sebagai berikut:

  • Pada akhir tahun ke-10, nilai tunai yang didapatkan adalah lebih dari Rp 37 juta, dan bukan hanya Rp 24 juta seperti di koran B.
  • Pada akhir tahun ke-20, nilai tunai yang didapatkan adalah lebih dari Rp 114 juta, dan bukan hanya Rp 60 juta seperti di koran B.

Kesimpulannya, dengan biaya yang dikeluarkan sama persis (Rp 200 ribu/bulan), berlangganan koran A tentunya jauh lebih menguntungkan daripada koran B. Sayangnya, tidak banyak konsumen yang mengerti masalah finansial sehingga bisa dipastikan mayoritas akan terjebak pada ilusi finansial dan berlangganan koran B.

Tulisan saya di atas memang cuma wacana. Saat ini tidak ada koran yang dijual seperti koran B (dan mudah-mudahan tidak akan pernah ada). Tetapi apakah anda tahu produk lain yang saat ini kebanyakan dijual seperti B menjual korannya? Dan apakah anda cukup waspada dalam menyikapi produk-produk tersebut?

Written by Priyadi @ Priyadi.Net

Baca juga : http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/keuangan/1id67773.html



Asuransi Unit Linked, Merupakan Solusi Terbaik?

Tidak terasa tahun 2007 telah hampir berlalu, namun kita masih ingat beberapa kejadian yang telah terjadi di tanah air diantaranya berbagai musibah beruntun seperti semburan lumpur panas, flu burung, demam berdarah, banjir, gempa bumi dan tanah longsor hingga musibah pada transportasi darat, laut dan udara seperti terbakarnya pesawat Boeing 737-400 Garuda Indonesia sesaat sebelum mendarat di Jogjakarta.

Manajemen Resiko

Dalam kehidupan manusia, faktor resiko adalah sesuatu yang pasti terjadi. Mulai dari resiko kehilangan aset atau harta, resiko sakit, cacat total hingga resiko kehilangan jiwa atau meninggal. Penyebabnya bisa secara alamiah (karena sakit) maupun karena kecelakaan dan ironisnya kita tidak pernah tahu kapan risiko itu akan terjadi. Namun, manusia masih dapat melakukan pengelolaan risiko yaitu dengan memindahkan risiko kepada pihak lain (dalam hal ini perusahaan asuransi) merupakan salah satu cara.

Jika kita berbicara resiko akan kematian kita akan langsung terbayang asuransi jiwa. Ya setiap manusia pasti akan mengalaminya, bagi mereka yang memiliki keluarga tentu ingin memberi proteksi yakni suatu kepastian apabila yang bersangkutan dipanggil oleh Sang Khalik maka keluarga yang ditinggalkan tetap menjalankan kehidupan dengan layak antara lain sandang pangan terus dipenuhi, anak tetap sekolah hingga tingkat yang tertinggi dan sebagainya.

Asuransi Jiwa

Asuransi Jiwa merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk memindahkan risiko, di mana apabila terjadi risiko kematian pada seseorang maka ahli warisnya akan memperoleh sejumlah dana yang disebut Uang Pertanggungan. Dalam industri asuransi jiwa di Indonesia saat ini, dikenal jenis asuransi tradisional misalnya term life (asuransi jiwa berjangka); whole life (asuransi jiwa seumur hidup), endowment (asuransi jiwa tradisional dengan kombinasi tabungan), serta polis asuransi jiwa unit linked atau investment linked. Asuransi jenis unit linked ini sangat populer dan hampir semua perusahaan asuransi besar memiliki produk ini bahkan beberapa perusahaan asuransi asing yang ada di Indonesia hanya menjual produk jenis unit linked tanpa menjual produk asuransi tradisional lainnya. Asuransi jiwa unit linked selain memberikan manfaat proteksi asuransi jiwa, juga sekaligus memberikan kesempatan untuk berpartisipasi secara langsung dalam investasi khususnya dalam reksadana.

Asuransi Jiwa Unit Linked

Jenis polis ini sangat digemari oleh perusahaan asuransi dan para pemegang polis (saat ini), terlihat dari pertumbuhan industri asuransi jiwa di tanah air jenis unit linked merupakan kontributor premi yang terbesar bagi banyak perusahaan asuransi jiwa. Ini adalah situasi yang kondusif bagi perusahaan asuransi karena dengan produk ini secara jangka panjang akan lebih mempercepat pertumbuhan rasio RBC (risk base capital) yang merupakan rasio resiko berbanding modal dengan minimum angka yang disyaratkan oleh pemerintah melalui Ditjen perasuransian adalah sebesar 125%. Perusahaan asuransi yang banyak menjual produk unit linked dapat dipastikan akan memiliki RBC yang tinggi karena perusahaan asuransi tidak menjaminan nilai tunai maupun nilai investasi yang diinvestasikan oleh nasabah, seluruh resiko kinerja dana investasi menjadi tanggungan nasabah itu sendiri.

Produk ini memang sangat praktis karena memudahkan nasabah dan calon nasabah. Pada produk jenis ini nasabah tidak perlu repot untuk mengunjungi dua perusahaan yakni perusahaan asuransi dan perusahaan pengelola investasi reksadana yakni manajer investasi, karena dengan produk ini proteksi dan investasi sudah dikemas menjadi satu kesatuan. Nasabah yang relatif berkantong tipis pun dapat dengan mudah mendapatkan proteksi dan melakukan investasi karena dapat dilakukan dengan jumlah nilai investasi yang relatif sedikit. Banyak unit linked yang menerima nilai investasi hanya Rp.100 ribu perbulan bahkan kurang dari nilai itu!. Produk ini pun memiliki likuiditas karena nilai investasi sejauh mencukupi dapat diambil oleh nasabah setiap saat bahkan setelah periode tertentu nilai investasi ini dapat dipergunakan untuk membayar premi dasar sehingga nasabah dapat melakukan cuti premi.

Dengan adanya aneka kemudahan tersebut di atas, seorang pembaca yang bijak perlu mengetahui lebih dalam apakah hal tersebut sudah merupakan pilihan terbaik? Jika dibandingkan dengan membeli produk yang terpisah (antara asuransi pada satu sisi dengan investasi reksadana di sisi yang lain), manakah yang dapat memberikan manfaat maksimal bagi kita? Mari kita sama-sama telaah lebih lanjut.

Pertama-tama, perlu disadari bahwa sejalan dengan kemudahan yang ditawarkan oleh produk unit linked, terdapat biaya-biaya yang dibebankan kepada nasabahnya seperti Biaya Asuransi (sesuai dengan usia dan jenis kelamin nasabah), Biaya Administrasi dan Biaya Pengelolaan Investasi. Berikut ini adalah penjelasan biaya pada unit linked:

  1. Biaya Pengelolaan Investasi

    Umumnya perusahaan asuransi ada yang membebankan biaya ini di muka sebelum dana masuk ke dalam porsi investasi. Biaya ini dapat berupa Biaya Awal (biasanya sebesar 5% dari dana yang diinvestasikan) dan ada juga yang menggunakan metode bid-offer price
    yaitu dana yang masuk akan dibagi dengan harga jual (offer price) serta dana yang keluar atau ditarik oleh nasabah akan dikali dengan harga beli (bid price). Selisih dari bid-offer price biasanya sebesar 5% (umumnya dihitung dari offer price). Bagi nasabah yang ingin menarik investasinya dari unit linked yang menggunakan metode bid-offer price mutlak harus menghitung tingkat pertumbuhan yang sedang terjadi sejak dana tersebut masuk, dikurangi selisih bid-offer price.

    Perusahaan asuransi juga membebankan Biaya Pengelolaan Dana oleh Manajer Investasi yang besarnya bervariasi antara 0.5% - 2% pertahun dan sudah diperhitungkan dalam harga unit. Tingkat biaya ini tergantung dari jenis investasi yang dipilih oleh nasabah (reksa dana pendapatan tetap, saham atau campuran), besarnya dana yang dikelola, serta
    keuntungan yang diinginkan oleh perusahaan asuransi jiwa.

  2. Biaya Unit Linked Premi Tunggal

    Pada pembayaran premi tunggal atau single premium (yaitu pembayaran premi hanya satu kali dan tidak ada kewajiban pembayaran di tahun berikut namun jika ingin menambah diperbolehkan), biasanya polis jenis ini juga membebankan biaya seperti Biaya Polis yang besarnya tetap (tidak dipengaruhi oleh besar atau kecilnya Uang Pertanggungan), Biaya Administrasi untuk menutup biaya awal polis dan Biaya Mortalita yang besarnya tergantung jenis kelamin, usia masuk serta besarnya Uang Pertanggungan. Kondisi kesehatan pemegang polis juga turut mempengaruhi besarnya biaya ini.

    Uang Pertanggungan yang dijamin adalah sebesar 150% dari investasi awal, jika tidak ada penarikan dana di kemudian hari oleh nasabah. Namun apabila terjadi penarikan dana di kemudian hari, Uang Pertanggungan akan berkurang. Sejalan dengan lamanya waktu investasi, apabila pertumbuhan dana investasi telah melebihi Uang Pertanggungan maka jika terjadi risiko kematian, manfaat yang didapat oleh ahli waris sebesar nilai investasi. Sebaliknya, jika nilai investasi ternyata lebih kecil dari Uang Pertanggungan maka manfaat yang didapat ahli waris adalah sebesar Uang Pertanggungan, dengan catatan jika perkembangan nilai investasi tidak lebih kecil dari biaya-biaya yang telah disebutkan diatas.

  3. Biaya Unit Linked Premi Berkala

    Asuransi jenis ini pembayaran premi dilakukan berkala dan memiliki jangka waktu tertentu. Seperti asuransi polis premi tunggal, polis jenis ini juga membebankan Biaya Pengelolaan Investasi, Biaya Awal dan/atau Biaya Penebusan bagi unit linked yang menggunakan bid-offer price. Besarnya masing-masing biaya seperti yang sudah disebutkan diatas. Biaya Polis juga dikenakan, besarnya tetap (tidak dipengaruhi oleh besar atau kecilnya Uang Pertanggungan) dan ada Biaya Asuransi yang dikenakan untuk menutupi biaya mortalita yang besarnya variatif (tergantung usia masuk, jenis kelamin, besarnya Uang Pertanggungan serta faktor kesehatan).

    Patut dicermati bahwa umumnya dana yang berasal dari premi dasar tidak diinvestasikan pada tahun pertama, dengan demikian seluruh dana nasabah pada tahun pertama dipergunakan untuk menutupi biaya penjualan, administrasi, asuransi dan keuntungan yang diinginkan oleh perusahaan asuransi jiwa.

    Namun demikian ada sebagian kecil dari produk unit linked di Indonesia yang mengalokasikan investasi pada tahun pertama sebesar 20%-100% dari premi dasar di tahun pertama. Sekilas terlihat menarik, namun setelah dilakukan penelitian ternyata biaya-biaya yang dibebankan kepada nasabah tidak sedikit, sebagai ilustrasi seorang calon nasabah akan membayar premi dasar yang lebih besar jika calon nasabah tersebut membeli produk unit linked yang mulai mengalokasikan investasi sejak tahun pertama dibandingkan dengan unit linked yang tidak mengalokasikan investasinya pada tahun pertama (lihat tabel 1).

Asuransi Tradisional dan Reksadana

Marilah kita cermati lebih dalam mengenai produk asuransi tradisional term life dengan jenis YRT (Yearly Renewable Term) yang memiliki Uang Pertanggungan yang tinggi namun dengan premi yang relatif sangat rendah. Biaya yang terdapat pada asuransi ini adalah Biaya Asuransi yang dikenakan untuk menutupi biaya mortalita, besarnya variatif (tergantung usia masuk, jenis kelamin, Uang Pertanggungan serta faktor kesehatan) dibayarkan secara berkala dalam bentuk premi serta dipastikan meningkat setiap tahun, sejalan dengan pertambahan usia nasabah. Walaupun demikian, peningkatannya relatif kecil dan apabila dikombinasikan dengan investasi melalui reksadana maka hal ini sangat berpotensi untuk mempercepat nilai akumulasi investasi reksadana tersebut. Sebagai contoh seorang pria tidak merokok usia 39 tahun, uang pertanggungan Rp 1 Milyar, kisaran premi yang dibayar per tahun adalah Rp 3.5 juta hingga Rp 4 juta (hanya menabung sebesar Rp 292 ribu – Rp 334 ribu perbulan). Pada periode yang sama juga dilakukan investasi pada reksadana. Investasi dilakukan secara berkala (setiap bulan atau setiap tiga bulan) hingga target nilai uang di masa mendatang tercapai (lihat tabel 2).

Kebutuhan Keuangan (Financial Needs)

Dari contoh tabel diatas jelas terlihat asuransi unit Linked secara jangka panjang tidak menghasilkan pertumbuhan investasi yang optimal, proteksi atau uang pertanggungan juga tidak optimal, padahal kita harus sadari bahwa untuk menghitung besarnya uang pertanggungan, hendaknya kita mengerti akan nilai ekonomis pada diri kita dikombinasikan dengan tujuan keuangan dari diri kita misalnya kebutuhan proteksi dana pendidikan, proteksi atas penghasilan dll., lalu tentukan berapa besar nilai uang yang akan digantikan jika terjadi risiko kelak. Dalam menghitung jumlah investasi yang akan kita lakukan, hitunglah proyeksi target minimal nilai uang yang akan didapat sesuai kebutuhan keuangan kelak (future value) serta tentukan target return minimal yang akan didapat setiap tahunnya.

Membangun Bangsa

Mereka yang memiliki income dan masih diberikan anugerah kesehatan oleh Yang Maha Kuasa, asuransi dan investasi adalah suatu keharusan, apakah dengan unit linked ataupun dengan cara membeli asuransi dan reksadana secara terpisah. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan demikian kita memberikan kontribusi dalam mempercepat proses pertumbuhan dan ketahanan ekonomi negara yang kita cintai bersama yaitu Indonesia Raya.

Written by Ir. Taufik Gumulya, AFP. (Financial Planner pada TGRM Financial Planning Services) @ portalreksadana.com

Goodbye My Unit Link, Welcome YRT Life Insurance

Seperti kebanyakan orang, saya juga dulu sempat tergiur dengan unit link. So ane juga membuka 1 asuransi untuk pendidikan anak ane ... bodohnya ane waktu itu ... Dengan bujuk rayu dari agen asuransi yang sangat yahud, ane terbujuk juga (padahal waktu itu nggak konsen sama penjelasan dia, cuma melongo ngelihat wajah agen asuransi yang ccaaaaeeeeemmmm abis). So alhasil ane jadi punya 1 unit link.

Today, setelah berkonsultasi dengan bro Taufik Gumulya, dan menimbang-nimbang seluruh untung dan ruginya unit link, ane memutuskan untuk mengclose unit link ane. Sebenarnya sayang banget, karena iuran untuk insurancenya sudah selesai ane bayar (damn what i was thinking when i decide to open that unit link). Tapi mengingat :

  • Growth unit link yang payah abis ...
  • Biaya bulanan yang ternyata naujubileh gedenya (ada yang pernah ngecheck belon hehehe) bisa mengurangi value 5-10% dari premi per bulan ane ... Gile di reksadana ane hitungan banget tapi biaya bulanan segede gitu di unit link ane baru ngeh sekarang
  • Dana tidak boleh ditarik seluruhnya (harus dimaintain saldo minimum) untuk menjaga agar insurance tetap bekerja, namun di sisi lain saldo minimum ini kalo nggak ditambah premi setiap bulannya setelah beberapa tahun akan menjadi nol tergerus biaya bulanan yang gila itu, dan saat saldonya nol insurancenya otomatis terminate juga (damn what i was thinking when i decide to open that unit link ... masih nyesel nich)
  • Uang Pertanggungan yang sangat kecil (damn, kenapa ane tertarik masuk unit link kalo proteksinya cuma segitu nggak cukup untuk menyekolahkan anak ane kalo ane nggak ada)

ane dengan berat hati memutuskan menterminate satu-satunya unit link yang ane miliki, premi bulanannya sekarang ane alokasikan sebagai penambah monthly addtion to my reksadana saham (sebelumnya ane memang udah tertib nabung tiap bulan di reksadana saham).

Sebagai gantinya ane sudah mengcompare beberapa Yearly Renewable Term Life Insurance, dengan uang pertanggungan sebesar 1 M (nach ini baru berasa proteksinya). Kandidatnya ada 3 yang ane review : Manulife, Commonwealth life, AXA. Dengan kondisi yang ane kasi perbandingan untuk premi per tahunnya adalah sbb :

AXA : 2.880.000

Commonwealth Life : 2.750.000

Manulife : 2.000.000

ane juga nggak ngerti kenapa dengan input yang sama kok hasil preminya beda-beda (kok bedanya hampir 50% gitu ya). So dari ilustrasi di atas sudah jelas pemenangnya adalah Manulife (di sisi bonafid ok, premi ringan ok). So ane sudah mengundang salesnya (kali ini cowok, dan kita cuma komunikasi lewat telpon dan email) untuk membuka polis asuransi untuk ane.

PELAJARAN YANG ANE PETIK :

  • Pelajari betul struktur dari hidden cost sebuah produk keuangan, pastikan kita tahu betul hidden cost yang terkandung di dalamnya
  • Jangan nyari agen asuransi yang beda jenis kelaminnya dengan kita, apalagi kalo cakep ... usir aja ... karena dia bisa membutakan mata hati finansial kita
  • Jangan takut untuk bertindak ekstrim, lebih baik terlambat daripada dibiarin tapi nantinya kelelep.
  • Pelototi terus portal reksadana, karena situs ini penuh orang yang baik hati yang mau berbagi tentang pengalamannya baik manis maupun pahit. Tidak ada satu orang pun yang expert di segala hal, so gunakan kekuatan community kita untuk mencari yang terbaik bagi kita.

semoga pengalaman pahit ane ini berguna bagi yang lain.

Written by Passion4U @ portalreksadana.com

Perbandingan Reksadana dan Unit Link

Dari beberapa saran yang saya baca, untuk lebih mengoptimalkan investasi, lebih baik kita memisahkan antara produk asuransi dan produk investasi (dalam hal ini reksadana), karena dengan demikian kita bisa lebih memantau investasi kita. Gabungan produk investasi dan asuransi biasa disebut unit link, inipun juga tidak salah, khususnya buat yang malas memantau dan mondar mandir ke bank. Kurang lebih begini perbedaan keuntungan dan kerugian unitlink & reksadana :

Keuntungan Unit Link :

  1. Praktis, tinggal pencet no telp bank/agen penjual, staf marketing dengan rayuan mautnya akan segera meluncur ke tempat anda.
  2. Termasuk apply di rumah anda !
  3. Satu paket, jadi gak usah ribet beli asuransi dan investasi.

Kerugian Unit Link :

  1. Biasanya dua tahun pertama, iuran digunakan untuk premi asuransi (otomatis uang anda hilang !), baru tahun berikutnya bisa cuti premi dan dihitung sebagai investasi (tapi ada beberapa unitlink yang langsung memperhitungkan sebagai investasi dari tahun pertama,
    tetapi....setelah 2 tahun baru bisa kita tarik dananya)
  2. Hasil pengembangan investasi terbatas, kita tidak bisa memantau kinerja manajer investasi (MI) setiap saat kita ingin. Dan bila kinerja MI tidak bagus, kita gak boleh protes !
  3. Resiko investasi sama besar dengan reksadana.

Kerugian Reksadana :

  1. Kalau anda ingin mengetahui reksadana anda harus cari informasi sendiri sebanyak mungkin, minimal harus dateng ke Bank dan ketemu marketing reksadana di bank. Tapi kalau anda mengharapkan marketingnya bisa tinggal telpon dan dia meluncur langsung ke tempat anda (seperti halnya unitlink)...sepertinya saya belum pernah denger.
  2. Tidak ada tanggungan asuransi.

Keuntungan Reksadana :

  1. Minimal dengan belajar di awal sebelum berinvestasi, kita bisa lebih mengetahui resiko dari berinvestasi itu sendiri. Istilahnya, ibarat kita berlari, memang kita akan lebih cepat sampai tujuan, tapi dengan mengetahui bahwa ternyata resiko lari itu jatuh, dengan demikian kita jadi lebih waspada, berlari dengan pasang mata dan hati2.
  2. Kita bisa ikut aktif memantau perkembangan investasi kita. Kalau seumpama kinerja manager investasi kurang baik, kita tinggal pindah kelain hati.
  3. Untuk kondisi emergency, kita bisa mencairkan dana setiap saat (kurang lebih dana diterima 1 minggu dari waktu pencairan/redeem)
  4. Sekarang reksadana bisa dimulai dari RP. 100 ribu, jadi terjangkau oleh semua kalangan (termasuk saya yang cuma ibu erte, hehehe...)
  5. Beberapa bank sudah seperti supermarket reksadana (kita tinggal duduk manis di depan komputer, dan beli secara online, contohnya, commbank, sorryyy...nyebut merk, sayangnya redeem/pencairannya belum bisa online). Jadi resiko malu bawa duit 100 ribu ke bank untuk beli reksadana bisa diminimalisasi, hehehe...(salah satu keuntungan juga !)
  6. Keuntungan terakhir (sementara ini), dengan mencari informasi sebanyak mungkin tentang reksadana dengan gratis, otomatis anda browsing kan di web, dan ketemulah web portal reksadana ini, disini selain ilmu kita juga bisa cari temen, sodara, or ilmu-ilmu yang lain diluar reksadana (keuntungan non material lah), hehehe..sorry ngelantur lagi.
Written by Larasila @ portalreksadana.com