Trading For A Living or Living For A Trading ?

Image

WHAT YOU REALLY DO IN THE STOCK MARKET ? TRADING FOR A LIVING OR LIVING FOR A TRADING ?

HOW To Measure the trading profit target for life when market tell us price still goes up ?

SALAM SEJAHTERA

Sebagai bingkisan natal dan tahun baru, sekaligus mencoba memberi insipirasi baru pada penghujung tahun saya menulis sebuah artikel mengenai apa yang sesungguhnya di cari pada pasar modal ini? Sangat banyak trader dan investor saham Indonesia yang hampir tiap pagi bersiap di depan monitor untuk memperhatikan pergerakan harga saham mereka. Sebenarnya apa yang mereka lakukan? apakah mereka melakukan itu semua karena sebuah prinsip Trading for a living? ataukah malah menjadikan perdagangan saham sebagai tempat FUN?

Trading for a living bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan.Banyak orang merasa trading for a living, namun mereka sebenarnya sudah terjebak pada sebuah pemahaman living for a trading.

Trading For a Living or Living For a Trading seperti bermain membalikan kata namun memiliki perbedaan yang sangat besar. Trading for a living adalah bagaimana kita menjadikan dunia pasar modal sebagai business atau usaha tetap kita baik seorang profesional maupun enterpreneur sebagai pegangan hidup dan sumber nafkah. Dengan design dan strategi yang profesional diharapkan mampu menafkahi kebutuhan hidup pribadi dan keluarga. Adapun Living For a Trading. Apakah perbedaannya? Living For a Trading itu adalah sebuah pemahaman fatalisme yang nantinya akan berujung kepada euphoria dan paranoid.

Trading For A Living merupakan sebuah jalan yang benar. Dengan trade for a living artinya kita memperlakukan pasar modal sebagai kendaraan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehingga tentunya dilakukan dengan sebuah strategi yang profesional dan bertanggung jawab. Sedangakan Living for a trading, kita menjadi kendaraan sekuritas dan bursa efek untuk terus melakukan aktifitas trading yang akan menjadikan kita kecanduan sehingga tidak memiliki arah dalam berinvestasi. Kita akan menjadi liar, bahkan rela meraup keuntungan hanya 3-5 point sehari tanpa memikirkan resiko yang mungkin akan ditanggung.

Dalam Trading For A Living ini banyak sekali yang harus dipelajari. Hal yang terutama adalah the art of business itu sendiri. Dalam penelitian dan survei yang saya lakukan selama 1 tahun terakhir, tidak lebih dari 1% orang yang menganggap STOCK MARKET adalah business!. Sejumlah 30% menganggap stock market sebagai tempat berinvestasi, 69% menganggap stock market tempat judi legal. Maka dari itu, visi dan landasan berpijak harus disamakan dahulu. Untuk dapat berhasil di dunia pasar modal tidak ada jalan lain selain merubah dan menerima pola pikir bahwastock market adalah BUSINESS. Dalam melakukan sebuah bisnis sangat di butuhkan jiwa enterpreneurship dan perencanaan yang matang untuk mencapai profit yang optimal. Tidak sedikit pihak yang berpendapat bahwa Rejeki diatur oleh Tuhan, maka tidak perlu terlalu pusing akan hal ini. Memang benar, namun tidaklah mungkin jika kita tidak berusaha secara maksimal dengan bertanggung jawab rejeki akan datang begitu saja. Yang saya imani adalah, dengan kita bekerja dengan baik dan bertanggung jawab, disanalah akan terbuka jalan. Untuk itu, setelah konsep bisnis bisa diterima kita akan berlanjut ke tahap berikutnya.

Trade for a living ini akan dialami oleh 3 pihak yang berbeda. Yang pertama adalah investor atau trader independen, yang kedua adalah orang yang bekerja di sekuritas sebagai wakil perantara perdagangan efek atau yang biasa disebut Broker, dan yang ke tiga adalah mitra dari perusahaan efek anggota bursa yang melakukan kegiatan kemitraan atau franchise.

Trade for a living as Independent Investor or Trader

Bagaimanakah menjadi seorang independen trader dan investor yang mampu mencukupi kebutuhan hidup melalui pasar modal ?

Dalam bahasan kali ini kita asumsikan seluruhnya menjadi seorang trader yang menjadikan dunia saham menjadi bisnis. Apa sajakah yang harus dimiliki secara mutlak untuk dapat bertahan di pasar saham?

1. Modal yang dimiliki harus mencukupi

Biaya hidup rata - rata di Indonesia untuk sebuah rumah tangga dengan memiliki 1 Anak, 1 mobil, 1 orang pembantu rumah tangga dimulai dari 5-8 Juta per bulan (dengan asumsi dapat memiliki uang lebih untuk berekreasi di akhir pekan dan makan malam di restaurant bersama keluarga). Dengan fixed cost rata - rata 5-8 juta perbulan maka itulah Break Even Point dalam bisnis dipasar modal ini, mengingat tidak adanya bentuk investasi infrastruktur atau alat lain seperti bisnis konvensional lainnya. Berapakah trader yang menyadari akan hal ini ? Secara jujur berapa banyak yang akhirnya gagal memenuhi target perbulan tersebut dan terpaksa harus melakukan withdrawal dari modal yang ada ? Berapakah modal yang ideal untuk mencapai target tersebut ?

Dengan kondisi hukum pasar modal dan aturan bursa efek Indonesia yang tidak memperbolehkan short selling maka ini menjadi resistance besar bagi trader untuk mendapat keuntungan besar dalam dunia saham. Untuk itu pada market bearish maksimum profit yang dapat dihasilkan secara safe adalah 10% / bulan dari nilai portofolio. Sedangkan pada market bullish dan kondisi ekonomi yang mendukung ada peluang memperoleh gain hingga 35% / bulan. Perhitungan peluang profit tersebut dengan menggunakan trading sistem daytrading dan time frame trading berdasarkan hukum money management yang mengutamakan ratio resiko yang mungkin dapat ditanggung.

Dengan biaya hidup 5-8 juta per bulan maka minimum trader harus memiliki dana sebesar Rp.100.000.000,- untuk memulai trading pada pasar saham. Dengan dana sebesar 100 juta tersebut, kerugian dan segala bentuk trading sistem dan idealisme berdagang saham dapat dijalankan. Bagaimana jika hanya memiliki 50% atau 70% dari nilai tersebut ? Dapatkah melakukan trading for a living ? Secara langsung saya akan menjawab TIDAK! Mengapa begitu ekstrim ? YA! karena dengan dana dibawah 100 juta rupiah tersebut, mungkin 1-3 bulan pertama bisa mencukupi, tapi belum tentu dapat berjalan lancar hingga bulan ke 12. Jika berdagang saham dengan tujuan trade for a living namun memiliki modal dibawah 100 juta, maka seorang trader akan terjebak pada paham living for a trading. Terlebih jika tidak dimilikinya kemampuan Teknik trading dan psikologi trading yang baik.

2. Belajar Teknik trading yang benar dengan metode ANALISA TEKNIKAL

Seorang trader yang mencoba membeli saham untuk memenuhi kebutuhan hidup namun tidak dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan analisa teknikal yang baik sama dengan berperang tanpa membawa senjata dan armory. Untuk melakukan trading yang ideal, harus menggabungkan day trading dan weekly trading. Memiliki pengetahuan yang dalam dan luas akan berbagai macam teknik trading akan membantu menciptakan trading sistem yang sesuai dengan jiwa seorang trader tersebut. Perbedaan karakter manusia membuat berbeda pula trading sistem tiap - tiap orang. Inti dari perbedaan tersebut adalah RASA NYAMAN menanggung resiko yang dihasilkan dari tiap - tiap trading sistem. Dalam berbisnis, kita pun tau banyak sekali trik dan teknik bisnis.

Seperti bisnis ticketing, beberapa orang melakukan teknik membeli tiket 6 bulan - 1 tahun kedepan dengan harga yang sangat murah dan dapat dijual hingga 100% lebih pada saat jatuh tempo. Atau pada dunia leasing, kita dapat melakukan sedikit manipulasi harga beli untuk dimasukan dalam pembiayaan sebagai modal kerja. Kemampuan menemukan Teknik bisnis ini sangat diperlukan oleh setiap trader. Dimanakah dapat belajar analisa teknikal untuk trading ? Dengan membeli buku dan mengikuti training - training yang sering diadakan. Jangan pernah takut berinvestasi mengikuti training. Terlepas benar salah pengajar namun kita membeli pengalaman dalam bentuk pola pikir. Dalam trading saham, sebenarnya kita berperang melawan pola pikir market mover. Jika kita dapat mengetahui pola pikir dan teknik bermain market mover tersebut, maka kita dapat meraih keuntungan yang sebesar - besarnya.Banyak jenis analisa teknikal yang dapat anda pelajari melalui internet maupun membeli buku, Dasar yang sangat baik untuk dipelajari adalah Dow Theory yang dapat di lihat pada website www.trendtrader.co.cc.

3. Memiliki Money Management dan Trading Plan yang baik dan sesuai dengan kondisi ekonomi masing - masing trader

Image

Money Management dan Trading planadalah hal terpenting dalam segala bentuk aktifitas dalam dunia bisnis.Seorang pedagang yang cerdik tidak akan menghabiskan uangnya dalam sebuah transaksi namun akan memaksimalkan transaksi pada titik resiko yang paling kecil. Contoh yang mudah adalah, seorang pedaganga baju akan memberikan discount besar pada saat yang sepi namun pada saat mendekati hari raya dan kenaikan kelas akanmenambah stok barang dan menjual 20% lebih mahal tentunya dengan resiko barang tidak laku lebih kecil.

Pada pasar saham hal ini sangat diperlukan. Sangat penting menghitung kemampuan modal kita untuk menanggung rugi yang dihasilkan. Sebagai dasar saya perkenalkan dengan Return to Risk Ratio. Return to risk ratio ini mampu memberikan gambaran pada kita berapa kemungkinan loss dan profit yang mampu kita capai dalam sekali transaksi. Contoh : Membeli Saham PT. ANEKA TAMBANG.TBK dengan harga 1.000 sebanyak 100 lot Senilai 50.000.000. Dengan perhitungan yang matang saham tersebut akan dijual pada harga 1.200. Namun jika mengalami penurunan, akan di lepas pada level harga 950. Maka Jika kita mengalami kerugian adalah sebesar 50 rupiah pada 100 lot dengan nilai sebesar2.500.000, sedangkan jika profit, maka akan mendapatkan keuntungan sebesar 200 rupiah pada 100 lot dengan nilai sebesar 10.000.000.

Untuk itu kita dapat menghitung sebagai berikut :

Potensi keuntungan = 10.000.000

Potensi kerugian = 2.500.000

Return to risk ratio = 10 juta/2,5 juta = 4 kali. Yang berarti, dengan 4 kali melakukan cut loss akan dicover dengan 1 kali profit.

Ratio Posisi kerugian 2.500.000 terhadap modal awal 100.000.000 adalah 40 kali. Sehingga modal awal mampu mengcover kerugian sebanyak 40 kali dengan return to risk ratio 4.

Perhitungan seperti ini adalah salah satu contoh yang cukup baik untuk dilakukan dalam money management dasar. Sesuaikan ratio yang nyaman dan mampu di tanggung oleh masing - masing kondisi keuangan trader.

JANGAN PERNAH MENGGUNAKAN MARGIN TRADING JIKA ANDA TIDAK MENGERTI MAKNA DAN PERHITUNGAN LEVERAGE, MARGIN RATIO, DAN NILAI CAPPING SAHAM.

4. Berani "Mengamputasi" bagian tubuh yang terkena kanker!!

Ini merupakan bagian yang sangat - sangat sulit dilakukan oleh hampir 100% investor dan trader. Jika bagian tubuh anda terkena kanker ganas maka dokter akan menyarankan untuk menghilangkannya. Ada kanker pada tulang kaki, maka amputasi kaki harus dilakukan sebelum menjalar ke jantung dan bagian vital tubuh lainnya.

Di dunia saham hal ini disebut STOP LOSS / CUT LOSS. JANGAN PERNAH MENYENTUH DUNIA PASAR MODAL JIKA TIDAK BERANI MELAKUKAN CUT LOSS. Ini merupakan hukum utama yang harus bisa diterima seorang trader for living sebelum membeli saham. Floating loss merupakan kanker yang dapat menyerang ke bagian vital portofolio anda jika dibiarkan. Mari kita buat sebuah analisa kecil. Bapak Gema seorang trader yang agresif, membeli saham ANTM pada harga 5.000 pada tahun 2007, sejumlah 20 lot senilai Rp.50.000.000 dengan modal portofolio Rp.100.000.000 berarti kita mengalokasikan 50% dana pada saham ANTM. kemudian sebagai trader yang berekspektasi bahwa saham ini dapat menuju level 7.000 bertekad melakukan hold saham ketika nilai saham turun sebesar 10%. Hingga hari ini, ANTM berada pada posisi 1.000 artinya nilai saham hanya tinggal Rp.10.000.000. Kanker yang terjadi pada Bapak Gema adalah dia harus mengalami kerugian 40% dari nilai portofolionya yaitu hanya menjadi Rp.60.000.000 jika melakukan Cut loss saat ini. Sedangkan jika saat turun 10% Bapak Gema melakukan cut loss, maka modalnya hanya berkurang 5% atau masih memiliki Rp.95.000.000.

Perhitungan diatas hampir tidak pernah dipertimbangkan oleh kebanyakan trader. Banyak sekali orang menyatakan berdagang saham sangat beresiko. Mengapa demikian?

Dalam perdagangan saham, nilai likuiditasnya lebih dari 100% bisnis konvensional. Banyak orang tidak menyadari bahwa sebenarnya toko - toko besar seperti SOGO dan sebagainya yang melakukan GREAT SALE 80% merupakan salah satu bentuk cut loss, termasuk cuci gudang. Juga pengusaha spare parts kendaraan tidak menyadari bahwa banyak diantara stok barang mereka yang menjadi stok mati yang tidak berbeda dengan saham. Namun pada dunia saham, resiko yang harus ditanggun DATANG lebih cepat dari pada bisnis konvensional. Jika SOGO melakukan cut loss pada akhir tahun, maka Bapak Gema mungkin harus melakukan cut loss pada hari yang bersamaanketika dia membeli saham tersebut.

Likuiditas pasar saham seharusnya dapat menjadi nilai tambah positif. Melakukan cut loss pada pasar saham dapat dilakukan sewaktu - waktu dan selalu ada yang membeli untuk saham - saham likuid. Namun untuk melakukan cut loss pada toko konvensional tidak semudah perdagangan saham.

Konsep dasar pemahaman melakukan cut loss harus dapat diterima terlebih dahulu. Tentunya dengan metode yang benar seperti perhitungan return to risk ratio. Dengan melakukan cut loss sebanyak 4 kali, akan tercover dengan keuntungan 1 kali jika disiplin menggunakan return to risk ratio 4 kali pada setiap membeli saham.

5. Pilihlah saham - saham yang berfundamental baik dan Likuid

Faktor risk yang harus di tanggung dalam Trade for living tidak boleh senilai Fixed Cost yang harus ditutup dalam trading. Maka dari itu faktor safety perlu diperhatikan dengan baik. Perlu dilakukan pemilihan saham - saham yang memiliki fundamental yang baik dan likuid. Dengan memilih saham yang berfundamental baik, maka jika terjadi penurunan yang signifikan tidak akan terlalu lama untuk kembali pada level semula dikarenakan kondisi perusahaan yang baik. Sebagai contoh, Jatuhnya saham PGAS meninggalkan level 1.200 tidak memakan waktu yang lama untuk segera naik kembali dan sangat likuid dalam perdagangannya.

Dalam trade for living musuh kita adalah Market dan Waktu. Trading frame hanya 20 hari sedangkan kebutuhan hidup berjalan 30 hari. Maka terjadi 10 hari tanpa income. Untuk itu, saya menganjurkan untuk menghindari saham - saham yang tidak likuid dan memiliki faktor risk yang besar. Namun jika anda adalah seorang Living for a trading, yang menganggap perdagangan saham adalah sebuah game, dan hanya menjadikan saham sebagai sampingan serta memiliki modal besar, maka tidak salah jika mencoba saham - saham gorengan yang berpeluang memberi return 30% dalam 2-3 hari.

6. SELAMATKAN PROFIT AWAL ANDA SEBESAR FIXED COST YANG DIBUTUHKAN

Siapa yang harus diikuti ? Analisa Teknikal mengatakan saham saya akan naik lagi, namun keuntungan sekarang sudah mencukupi kebutuhan hidup 1 bulan ?

Jika pada awal minggu perdagangan saham yang anda beli sudah mencapai sejumlah fixed cost kehidupan anda REALISASIKAN KEUNTUNGAN walaupun masih berpeluang naik. Dalam 10 kali kesempatan saya menghadapi dilema ini, saya telah merasakan beberapa kali kehilangan kesempatan menutupi biaya hidup bulanan karena tidak merealisasikan keuntungan terlebih dahulu pada titik Break even point. Maka kesimpulan yang terbaik bagi TRADER yang bergantung pada bursa saham adalah :

TAKE YOUR PROFIT AFTER IT'S FLOAT AROUND YOUR FIXED LIVING COST, DONT EVER PLAY WITH HOPE BECAUSE YOU DEAL WITH YOUR LIFE STABILIZATION

Kondisi ini hanya diperuntukan bagi Trade for a living trader, bukan bagi investor ataupun trader yang menjadikan saham sebagai side income.

7. MEMILIKI TRADING PSIKOLOGI YANG BENAR

Trading saham berbeda dengan perdagangan konvensional. Pada perdagangan saham terdapat unsur jenuh, greedy, fear yang menyebabkan hilangnya obyektifitas penilaian terhadap pergerakan saham. Dalam perdagangan saham gangguan terbesar adalah pada running trade yang akan secara langsung mempengaruhi faktor fear and greed kita. Kuncinya adalah Disiplin dan terus moncoba untuk obyektif. Mengatasi rasa takut cut loss dan rasa menjadi hebat saat berhasil membuat profit adalah dasar keberhasilan.

Seorang trader yang baik akan mengetahui kapan badai akan datang sehingga saat itu dia tidak akan mempertaruhkan modalnya untuk mencari profit. Dia hanya akan berlayar pada saat angin datang mendorong perahunya dan bukan melawan perahunya. Jangan pernah menaruh harapan pada pasar saham. Harapan itu akan menggerus seluruh modal anda. Plan your Trading and Trading your Plan. Jangan mencoba untuk keluar dari jalur yang sudah anda buat, karena konsekuensi kehilangan kesempatan untuk mengcover biaya hidup sangat besar.

Berdagang saham bukan hal yang mudah. Memerlukan kesabaran dan ketekunan untuk dapat berhasil. Trader yang bijaksana juga tidak akan pernah melawan arah market. Dan tidak akan pernah mengejar jika sudah tertinggal.

TRADER WHO TRADING FOR A LIVING KNOW WHEN TO STOP TRADING, BUT TRADER WHO LIVING FOR A TRADING WILL CONTINUE SIT ON HIS OFFICE 24 HOURS A WEEK

Trade for a living as Broker dan Franchise Securities

Sebagai seorang Broker yang bekerja pada perusahaan efek yang memiliki kebutuhan hidup dengan nilai rata - rata 5-8 juta, tentunya lebih ringan dalam mencari break even point. Dalam perusahaan efek, seorang broker mendapatkan basic salary dari 1 - 3 juta setiap bulannya tentunya dengan dibebani target komisi yang harus dikembalikan kepada perusahaan. Semakin besar gaji pokok yang diterima maka semakin besar target yang harus dikembalikan. Seorang broker mendapatkan tambahan penghasilan dari komisi yang diterima dari setiap transaksi jual beli dari nasabahnya. Rata - rata seorang broker menerima maksimum hingga 35% dari total transaksi nasabahnya. Komisi standart yang harus dibayarkan oleh tiap trader pada securities adalah sebesar 0,25% (membeli) dan 0,35% (menjual).Sebuah Sekuritas rata - rata menerima komisi bersih dari tiap transaksi nasabahnya sebesar 0,188% dan akan dibagikan kepada broker tersebut sebesar maksimum 35% atau sebesar 0,0658% sedangkan untuk franschise sebesar 0,1128% dari transaksi nasabahnya.Untuk franchise tidak ada minimum fee yang ditargetkan namun tidak mendapat gaji dan beban operasional menjadi fixed cost tambahan. Jadi sebuah simulasi trade for living untuk broker, dengan biaya hidup 6 juta rupiah per bulan maka transaksi yang harus dihasilkan adalah :

Biaya Hidup : 6.000.000

Minimum komisi yang harus dihasilkan : 3.000.000

Total Komisi yang harus dihasilkan : (9.000.000 / 0.0658/0.1128 (pada franchise)) X 100

TOTAL TRANSAKSI YANG HARUS DICAPAI : Rp.13.677.811.550,-

Apa kiat - kiat yang harus dilakukan seorang broker agar dapat berhasil survive dalam market bearish ? Yang harus sangat diperhatikan adalah ratio transaksi kepada modal pada setiap musim perdagangan. Ratio tersebut adalah kemampuan modal untuk diperdagangkan hingga mencapai nilai tertentu. Dalam masa bearish, ratio yang paling aman bagi nasabah adalah 6 kali modal. Sehingga, Dengan transaksi yang harus dihasilkan sebesar Rp.13.677.811.550 maka minimum seorang broker harus memiliki modal dari nasabah sebesar Rp.2.279.635.258. Ratio ini telah mencakup jika ada nasabah yang tidak ingin trading namun berinvestasi. Dengan modal dibawah angka tersebut, akan sangat sulit mendapatkan nilai minimum untuk hidup sebagai seorang broker yang berkeluarga.

Senjata yang sangat diperlukan adalah :

1. Menguasai seluruh teknik trading dengan baik

2. Mampu memberi pengertian dan meciptakan pola berpikir bisnis sebagai trader kepada nasabah

3. Menguasai Money management dengan baik dan mampu meyakinkan nasabah bahwa cut loss adalah penyelamat pada

market bearish

4. Memiliki konsep dasar seorang manager investasi dan memiliki strategi untuk menciptakan market tersendiri

5. Memiliki akses informasi mengenai kondisi ekonomi dan fundamental perusahaan dengan baik

6. Memiliki kemampuan untuk memberi pengarahan dan pemahaman bisnis pasar modal serta teknik trading

lebih kepada nasabah

Metode trading yang dapat digunakan adalah :

1. Day trading pada saham - saham berfrekuensi trading lebih dari 2000 kali dalam tiap harinya

2. Melakukan teknik trading hit and run pendek dengan range 5 point dengan volume yang besar

3. Melakukan time frame trading base on break out trading sistem tidak lebih dari 10 hari

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sebagai tambahan informasi, trading pada masa market bearish ratio bear to bull adalah 14 : 6. Dimana dalam 1 bulan, 14 hari akan terjadi bearish dan 6 hari akan bullish. Maka dengan range yang sangat sempit kita harus berjuang untuk mendapatkan nilai Break Even untuk biaya hidup tetap kita.

Ditulis oleh : GEMA MERDEKA GOEYARDI, http://stocksforliving.com

Menakar Tingkat Kerendahan IHSG

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun hingga 21 November 2008 telah mengalami penurunan hingga 58,25%. Namun penurunan IHSG ini dinilai belum akan berhenti karena terseret buruknya pasar finansial global.

Seberapa rendah IHSG akan bergerak? Mungkin ada baiknya belajar dari pengalaman sejarah IHSG saat krisis moneter melanda pada satu dasawarsa lalu.

Analis Danareksa Sekuritas, Aldo Perkasa dalam risetnya yang dikutip detikFinance, Sabtu (22/11/2008) menjelaskan pasar saham Indonesia mengalami penjualan besar-besaran terutama sejak awal bulan September akibat perilaku investor (terutama investor asing) yang semakin negatif terhadap pasar negara berkembang.

Bila pasar saham Indonesia dibandingkan dengan kinerja pasar saham negara lain, IHSG merupakan indeks yang kinerjanya paling buruk, dengan penurunan sebesar -42% sejak awal September atau -5825% dari awal tahun.

Bandingkan dengan rata-rata kinerja pasar saham negara ASEAN yang mengalami penurunan sebesar -31% sejak awal September dan -47% dari awal tahun hingga 14 November 2008.

Kinerja yang buruk ini juga disebabkan oleh tingginya korelasi pergerakan IHSG dengan
pergerakan harga minyak, dimana penurunan harga minyak mencapai -51% sejak awal
september dan -61% dari awal tahun hingga 14 November 2008.

Namun, seharusnya sekarang ini korelasi tersebut semakin melemah, dikarenakan proses rebalancing yang telah terjadi di IHSG dimana saat ini sektor komoditas hanya memiliki persentase 16% (pada kuartal kedua sektor komoditas mencapai 30%).

Dibalik penjualan besar-besaran itu, IHSG sempat mencapai titik terendahnya di level
1.111,4 pada tanggal 28 Oktober. Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah apakah
titik tersebut merupakan bottom dari bear market yang sedang terjadi sekarang ini? Tidak
ada yang tahu hal ini dengan pasti.

Namun berikut kami akan coba membandingkan krisis sekarang ini dengan krisis sebelumnya.

Melihat sejarah pada krisis ekonomi 1998 IHSG mengalami koreksi seperti ini. Namun, bila kita cermati saat itu, ada beberapa fakta yang cukup menarik dari perilaku IHSG yaitu :

Perhatikan bahwa saat penurunan IHSG (JCI) sudah mencapai lebih dari 50%, maka setelah itu IHSG mengalami pergerakkan rebound, seperti yang terjadi beberapa hari terakhir ini.

Pada krisis 1998, IHSG mencapai bottom-nya setelah mengalami koreksi sebesar -64% dari titik tertingginya (level 736 ke level 275). Apabila kita menerapkan hal yang sama terhadap kondisi IHSG sekarang ini, maka -64% dari titik tertinggi 2.830 adalah adalah 1.018.

Pada krisis 1998, IHSG membutuhkan waktu kurang lebih 1 tahun lebih dari puncak menuju bottom-nya, dan pada saat rebound IHSG hanya membutuhkan waktu sekitar 9 bulanan untuk kembali ke titik awalnya. Saat ini, IHSG telah mengalami koreksi terus menerus selama 11 bulanan, sehingga apabila kita yakin bahwa sejarah mungkin terulang lagi, maka bottom mungkin tidak akan terlalu lama lagi.

Jika kita teliti lebih jauh, sebenarnya agak kurang adil bila kita membandingkan krisis 1998
dengan keadaan saat ini, karena keadaan fundamental ekonomi Indonesia sudah jauh lebih baik.

Beberapa perbedaan penting antara krisis 1998 dengan saat ini adalah :
  • Cadangan devisa saat ini lebih tinggi 200% dibandingkan dengan 10 tahun lalu, yaitu sekitar 50 miliar dolar di akhir Oktober, dibandingkan 22 miliar dolar di akhir 1998, sehingga nilai tukar rupiah seharusnya akan jauh lebih stabil.
  • Suku bunga dan inflasi masih jauh lebih stabil, dimana BI rate saat ini 9,5% dan inflasi satu tahun terakhir yang mencapai11,8%, dibandingkan tahun 1998 yang keduanya mencapai diatas 20%.
  • Rasio utang luar negeri terhadap GDP Indonesia telah turun dari diatas 100% pada tahun 1998 menjadi sekitar 55% pada tahun 2008.
  • Keadaan politik saat ini jauh lebih terkendali dibandingkan dengan tahun 1998 yang
  • terjadi revolusi politik.

Melihat perbedaan tersebut, risiko investasi di Indonesia seharusnya sudah lebih terbatas
dibandingkan 10 tahun lalu. Meskipun begitu, perilaku investor terkadang masih irasional dan cenderung tidak mempedulikan sisi fundamental dari ekonomi Indonesia sehingga IHSG tidak bisa terelak dari koreksi besar-besaran.

Kami melihat penyebab dari tindakan investor yang begitu negatif ini adalah semakin kuatnya ancaman krisis ekonomi global sehingga perilaku para investor global masih cenderung menghindari risiko dan melarikan investasinya ke aset-aset yang lebih aman.

Prospek Pasar Modal Indonesia


Kami tetap masih optimis dengan potensi jangka panjang dari pasar modal Indonesia dan percaya bahwa krisis ini seharusnya tidak akan berlangsung terus menerus. Saat ini, valuasi IHSG sudah menjadi yang terendah diantara negara ASEAN lainnya yaitu 5,8x estimasi PE 2008 dibandingkan rata-rata ASEAN di 8,8x estimasi PE 2008, sehingga seharusnya hal ini membuat IHSG menjadi jauh lebih menarik di mata investor global.

Walaupun begitu, kami melihat risiko ke depan masih ada, dengan beberapa hal penting yang perlu diperhatikan yaitu:

Arah perkembangan ekonomi dan kebijakan ekonomi yang diambil baik di AS maupun di beberapa negara lain secara global dimana sejauh ini beberapa pemerintahan telah cukup proaktif dalam mendukung perekonomiannya.

Hedge fund (investor asing) yang masih menarik dananya. Sejauh ini industri Hedge fund global telah mengalami kerugian sebesar 100 miliar dolar dari total industri sebesar 1,7 triliun dolar. Bila ke depannya keadaan ekonomi masih belum membaik, maka bukan tidak mungkin gelombang penjualan kembali dari hedge fund akan terjadi kembali.

Proyeksi pendapatan perusahaan. Saat ini pasar masih belum mendapatkan gambaran yang jelas mengenai dampak krisis global terhadap kinerja para emiten. Apabila para investor sudah merasa nyaman dengan prospek kinerja emitten, maka seharusnya sentimen akan menjadi lebih stabil dan tidak fluktuatif seperti saat ini.

Posted by Detikfinance.com

Entry & Exit Signal

Support dan Resistance level tercipta secara psikologis, karena secara psikologis orang akan cenderung mengamati seberapa sering arga akan berbalik arah (reversal) di area-area harga tertentu.

Persepsi-persepsi tersebut yang akan mengendalikan market. Ketika kita membeli barang di harga Rp.100.000,- akan terlihat lebih mahal jika kita membeli barang tersebut dengan harga Rp. 99.000,-. Perbedaan yang sangat kecil tersebut ternyata memiliki pengaruh yang sangat besar di alam bawah sadar kita. Suatu hal yang sangat menarik jika teknik pemasaran yang sangat sederhana itu kita aplikasikan juga dalam metode trading.

Sebagai contoh ketika kita ingin menjual saham di harga 100 cobalah tempatkan order sell anda di harga 99, pasti lebih sedikit "sellers" yang menjual sahamnya di harga 99 dibanding di harga 100. Dan orang-orang yang ingin membeli akan melihat bahwa harga seolah-olah lebih murah. Kita hanya kehilangan 1 rupiah saja dari metode seperti ini tapi kita memiliki peluang lebih besar untuk menjual saham kita.

When to use Technical Analysis
• Use technical analysis to help determine when to:
– Enter and exit trade
– Decide when to take profits and cut losses
– Place stops (and targets)
– Ride a trend
– Minimize risk

• TA helps us make better decisions

Entry signals
Deskripsikan metode entry anda secara jelas dan sebanyak-banyaknya. Dengan mendeskripsikan metode entry kita dengan jelas berarti kita telah memahami setiap alasan kita untuk masuk ke market, dan yang lebih jauh lagi kita juga memahami seberapa besar risk dari metode itu. Kita mungkin bisa mengatakan bahwa market sedang bearish dan bulish tapi yang lebih penting lagi kita harus bisa tahu juga dimana kita harus entry, kapan kita harus entry dan seberapa banyak kita akan entry ke market.

Ada banyak metode yang bisa digunakan untuk menentukan metode entry
a. Moving Average Crossing
b. Candle stick
c. RSI overbought/oversold
d. Breakout darvas
e. Double top/double bottom
f. Support resistance
g. Dow Theory
h. etc....

Deskripsikan metode-metode yang anda ketahui secara jelas dan lengkap, meliputi
- Kapan akan entry?
- Di harga berapa akan entry?
- Seberapa banyak akan entry?

Pakai metode entry yang menimbulkan rasa nyaman untuk kita, karena ketika kita merasa nyaman dengan metode entry tersebut kita akan bisa memahami dan mengembangkan lebih lanjut metode tersebut.

Exit signals
Sama seperti halnya dengen mendeskripsikan entry signals, deskripsikan juga metode entry yang membuat kita merasa nyaman.

Kunci utama untuk bisa mendeskripsikan entry dan exit signal dengan baik adalah dengan mendeskripsikan trend dengan benar. Baik itu uptrend, downtrend maupun sideways trend. Deskripsi tentang trend bisa dilakukan dengan berbagai cara contohnya dow theory, chart pattern, moving average, bollinger bands, etc.

Back testing
Back testing digunakan untuk menguji perfomance dari indikator atau trading system yang diaplikasikan pada data historikal. Bagian terpenting dari back testing adalah untuk mencari pola-pola dengan pro****litas tinggi di masa lalu untuk kita aplikasikan di masa depan.

Dengan pengukuran-pengukuran yang dilakukan melalui backtesting kita bisa melakukan penyesuaian paramater-parameter yang sesuai dengan yang dimasa lalu, termasuk untuk mendeteksi "turning point".

this post taken from : forumdetik.com written by mata_dewa

Psychology of Trading

Indicator, pattern dan segala bentuk entry signal hanya merupakan bagian kecil dari suatu trading system. Suatu trading sytem atau metode trading yang memiliki pro balitas 80% untuk menang pun masih dapat membuat kita menjadi rugi jika kita tidak tahu bagaimana mengatur risk dan cara money management yang benar. Sebaliknya kita bisa menghasilkan banyak keuntungan walaupun system atau metode trading kita hanya memiliki peluang pro balitas 35% tapi kita terapkan 2 hal yang sangat penting

1. How to size ur position correctly ?

2. How to ride a trend until it ends?


Ada ratusan indikator dan pattern yang bisa digunakan untuk trading, tapi trading dengan banyak indikator tidak menjamin efektivitas dalam trading. Sebagian besar Trading system yang profitable dan sukses di market, hanya memiliki tingkat kebenaran sebesar 50%. Karena pada kenyataannya dari 100% market movement yang bisa kita manfaatkan secara efektif adalah skitar 30% saja. pro balitas sebesar 50% adalah sudah cukup bagus daripada kita tidak memiliki pro balitas sama sekali. Teknik entri kedalam market hanya sebagian kecil dari teknik untuk membuat "profesional trading system".

The Turtle

Turtle Trader (jangan dibaca Pedagang Kura-kura yah) merupakan salah satu contoh dari Kelompok Trader yang bisa sukses. Saat itu Richard Dennis dan Bill Echardt yang merupakan Trader sukses bertaruh, Richard Bertaruh bahwa Trading adalah adalah keahlian yang bisa dipelajari dan diajarkan. Saat itu Richard mengumpulkan orang-orang lewat iklan di Koran. Dan Dari orang-orang yang terkumpul tersebut hanya separuhnya yang bisa bertahan dan terus trading sampai sekarang.

System yang diajarkan oleh Richard Dennis untuk kesemua orang yang dikumpulkan adalah sytem yang sama, tapi 50% diantaranya tidak mampu untuk mengalahkan aspek-aspek psikologis dalam diri mereka. Sehingga system yang seharusnya profitable tersebut menjadi kurang powerfull lagi.

"Most traders take a good system and destroy it by trying to make it into a perfect system."

Separuh orang yang masih bertahan tadi akhirnya disebut dengan "Turtle Traders", karena seperti halnya kura-kura yang baru menetas dari telurnya hanya separuhnya yang bisa bertahan hidup dilautan dan menjadi dewasa, sisanya kebanyakan mati karena dimangsa predator dan sebagainya.

Para "Turtles" secara konsisten menghasilkan profit 70% bahkan lebih walupun pada kenyataanya Trading system yang mereka miliki hanya menghasilkan 35 signal yang benar dari 100 kali signal yang muncul.

pro balitas nya memang tidak seimbang tapi ada hal-hal penting yang harus diperhatikan kenapa dari 35% pro balitas itu mereka bisa menghasilkan profit yang sangat besar. Untuk mempelajari teknik yang dimilki oleh para "Turtles" tidak butuh waktu banyak kalau ditanya pastinya sih tidak lebih dari 2 jam. Tapi hal yang paling sulit untuk diajarkan adalah pola pikir dan kemauan seperti yang dimiliki para "Turtles"

95% Trader nyaris tidak pernah berimprovisasi dalam pola pikirnya sehingga secara tidak sengaja telah menghalangi diri mereka untuk mendapatkan profit. Pada kenyataannya profit hanya bisa didapatkan oleh para trader yang mau keluar dari zona nyamannya, serta bekerja sesuai dengan pambawaan masing-masing, dan yang paling penting tahu dan memahami kelebihan dan kekurangan yang dia miliki (Personal Strength)


"...adding more indicators does not necessarily increase your effectiveness..."


this post originally posted at:
www.trendtrader.co.cc


Sejarah Kejatuhan Indeks Harga Saham Gabungan

Ada beberapa hal penting terjadi selama 2 bulan terakhir yang bisa dijadikan sebuah catatan bagi para investor, kejadian demi kejadian ini telah memberikan sinyal atas kejatuhan index hingga hari ini. Apa saja hal-hal penting itu…?

29 September:

Saham BNII kembali disuspen karena makin tingginya ketidakpastian akuisisi oleh Maybank. Menjelang libur panjang selama seminggu menjelang lebaran indeks ditutup melemah tipis 0,7% menjadi 1.832 dengan nilai transaksi relatif kecil mencapai Rp 2,2 trilliun. Indeks LQ-45 turun 3,8 poin (1%) ke level 369 dan Jakarta Islamic Index (JII) turun 4,3 poin (1,5%) ke posisi 286. Sepinya transaksi karena para investor menahan diri dari bursa karena kondisi gonjang-ganjing pasar global. Sementara itu Hangseng ditutup melemah 4,3% akibat naiknya suku bunga mortgage oleh HSBC sehingga sektor properti merosot tajam. Indeks Nikkei melemah 1,2%, STI melemah 2,3%, dan Kospi melemah 1,3%.

6 Oktober:

Hari pertama pasca libur lebaran (30 September - 3 Oktober) indeks turun tajam sebesar 10% keposisi 1.648 mendekati level terendah intraday pada bulan September di level 1.592. Penurunan dipicu oleh faktor eksternal seperti akumulasi penurunan bursa-bursa global selama masa liburan, turunnya harga minyak yang break dibawah US$ 90/barrel sehingga membuat kontrak CPO turun dibawah RM 2.000/ton serta melemahnya nilai tukar rupiah ke posisi diatas 9.500/US$ mengikuti pelemahan mata uang regional lainnya seperti dolar Hong Kong yang melemah 0,01%, rupee India turun 4,93%, won Korea anjlok 12,43%, peso Filipina melemah 2,73%, dolar Singapura melemah 3,91%, bath Thailand melemah 1,51%, dan dolar Taiwan melemah 1,03%.

Di saat bersamaan, BPS mengumumkan data inflasi untuk bulan September yang tercatat 0,97% atau 12,14% (yoy), sedangkan untuk tahun kalender dari Januari- September mencapai 10,47%. Angka inflasi tersebut merupakan laju inflasi paling tinggi pada 3 tahun terakhir dan lebih tinggi dari bulan Agustus yang mencapai 0,51%. Pengumuman inflasi pada siang hari tersebut makin menekan bursa hingga merosot 10% sehingga terdapat 15 emiten yang terkena penghentian perdagangan saham otomatis (auto reject) karena menyentuh batas bawah maks penurunan sebesar 30%. Bursa di Asia juga terseret gelombang panic selling seperti Hang Seng turun 4,97%, Seoul turun 4,29%, Nikkei turun 4,25%, Shanghai turun 5,23%, STI Singapura anjlok 5,26%, dan Taiwan turun 4,12%.

7 Oktober:

Otoritas Bursa Efek Indonesia mensuspend saham Bakrie Group yakni PT Bakrie & Brothers (BNBR), PT Bumi Resources (BUMI), PT Energi Mega Persada (ENRG), PT Bakrieland Development (ELTY), PT Bakrie Sumatera Plantations (UNSP) dan PT Bakrie Telecom (BTEL). Bursa juga mensuspend kegiatan PT Danatama Makmur sejak sesi II karena dikabarkan gagal bayar terhadap penyelesaian transaksi saham yang jatuh tempo pada 6 Oktober (transaksi terjadi pada 26 September).

Banyaknya rumor negatif tentang grup Bakrie dan gagal bayar oleh salah satu broker ditambah pernyataan dari sebuah house asing untuk menghindari surat utang di Indonesia makin membuat investor kembali melakukan sell off. Kondisi negatif yang demikian membawa psikologis market sehingga terjadi panic selling yang makin menekan investor pengguna fasilitas margin atau repo dibawah bayang forced sell.

Indeks sebelumnya pada sesi I sempat menguat 2.2% ke level 1.651 sebelum akhirnya ditutup melemah 1.7% ke posisi 1.619.

Bank Indonesia memajukan Rapat Dewan Gubernur dari awalnya 8 Oktober sebagai respons dari kondisi krisis keuangan global. BI rate akhirnya kembali naik 25 bps ke level 9.5% untuk menekan laju inflasi dan laju pertumbuhan kredit perbankan.

8 Oktober:

Black Wednesday.
Anjloknya saham ISAT hingga auto reject turun hingga Rp 1.200 atau 23,3% menjadi Rp 3.950 diduga memicu investor panik sehingga melakukan sell off saham blue chip lainnya seperti PTBA dan ASII. Saham PTBA turun Rp 1.750 atau 25% menjadi Rp 5.250 dan saham ASII turun Rp 3.200 atau 20% menjadi Rp 12.800.

Pada pukul 11.08 WIB, perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia disuspend setelah indeks meluncur ke bawah hingga 10,38% atau 168 poin ke posisi 1.451. Sementara itu nilai transaksi hanya mencapai Rp 988 miliar, frekuensi tercatat 27.494 kali dan volume 1,129 miliar saham. Posisi tersebut merupakan terendah sejak September 2006. Bursa Efek Indonesia sebelumnya pernah ditutup pada 13 September 2000 ketika ada peledakan bom ketika dulu masih bernama Bursa Efek Jakarta.

Sebelumnya dari analisa tehnikal indikator MACD dan MA (8 September) telah membentuk pola death cross yang mengkonfirmasi indeks dalam trend bearish. Penurunan hingga sebesar 10,38% tersebut merupakan terburuk dibanding bursa lainnya di Asia seperti Hang Seng yang anjlok 5,44%, Seoul turun 3,54%, KOSPI turun 3,42%, Nikkei turun 4,54%, STI turun 3,84%, Taiwan turun 4,34% dan Australia turun 4,04%.

Selain Bursa Efek Indonesia, bursa efek di Rusia yakni Micex memasuki hari kedua suspend setelah mengalami penurunan indeks sebesar 14,4% kemudian Bucharest Stock Exchange di Rumania juga melakukan suspend setelah merosot sebesar 9,3% atau anjlok 18% dalam tiga hari perdagangan terakhir. Seandainya dibandingkan sejak akhir tahun lalu telah terpuruk minus 65%.

Kondisi yang kritis tersebut membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama menteri dibidang ekonomi, BI, pemangku kepentingan bursa menggelar rapat kabinet terbatas pukul 22.00 WIB di Kantor Presiden guna membahas anjloknya bursa saham.

Sementara itu, Bank Indonesia menyatakan cadangan devisa turun US$ 1,2 miliar dalam satu bulan menjadi US$ 57,108 miliar atau setara dengan kebutuhan 4,5 bulan kali impor. Besarnya devisa yang dimiliki saat ini relatif aman karena diatas 3 bulan kali impor.

9 Oktober:

Pemerintah menyiapkan lima langkah stabilisasi pasar diantaranya memperbesar porsi saham yang dapat di buy back dari 10% menjadi 20%, meniadakan batasan pembelian saham dalam satu hari dari sebelumnya maksimal 25% dari volume perdagangan harian menjadi 100%, membolehkan buy back tanpa RUPSLB namun cukup keterbukaan informasi, menyiapkan dana infrastruktur sebesar Rp 4 triliun untuk membantu BUMN buy back saham.

Sebanyak enam emiten BUMN terdiri dari ANTM, SMGR, PTBA, TLKM, JSMR, dan PGAS siap melakukan program buy back sahamnya. Sementara itu, BUMN perbankan tidak akan melakukan program buy back karena dana yang dimiliki untuk modal. Menkeu Sri Mulyani dalam jumpa pers di Gedung Depkeu menyatakan pemerintah dan otoritas bursa berencana membuka kembali perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia besok Jumat 10 Oktober.

Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan menurunkan angka giro wajib minimum (GWM) untuk menambah likuiditas perbankan yakni dari 9,08% menjadi 7,5%. Sedangkan untuk proporsi yang menjadi primary reserve dan secondary reserve akan diatur kemudian. Selain itu, LDR juga tidak akan diperhitungkan lagi sebagai faktor penghitungan GWM.

Sementara BEI di suspend kondisi bursa regional mulai rebound seperti halnya Hangseng menguat 3,3%, Shanghai naik 0,6%, dan Singapura naik 2,09% sedangkan Nikkei ditutup melemah tipis 0,5%.

10 Oktober:

Bursa Efek Indonesia akhirnya membatalkan membuka perdagangan bursa dan memutuskan menutup satu hari penuh perdagangan saham dan baru akan dibuka Senin 13 Oktober. Langkah tersebut diambil karena kondisi bursa global masih kritis merosot tajam. Sementara itu nilai tukar rupiah antar bank sempat menembus diatas level Rp 10.300/USD.

12 Oktober:

Bumi Resources Tbk (BUMI) di dalam jumpa pers menyatakan akan melakukan buy back sebesar 20% dari semula 3% atau sebanyak 3,88 miliar saham. Sementara mengenai suspensi saham, Bakrie & Brothers (BNBR) meminta suspensi diperpanjang selama transaksi penjualan saham anak usahanya selesai. Dikabarkan saat ini Group Bakrie tengah melakukan rasionalisasi investasi dengan menawarkan saham beberapa anak perusahaan ke berbagai pihak diantaranya Avenue Asia, Credit Lyonnais, dan 4 konsorsium lokal (Sampoerna dan Djarum) juga Tata Group.

13 Oktober:

Otoritas bursa membuka kembali perdagangan saham, tanpa pre-opening dan adanya pembatasan auto rejection sebesar 10% dari sebelumnya 30%. Saham yang sempat terkena auto rejection batas atas antara lain Adhi Karya (ADHI), Timah
(TINS), Bank BRI (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA), Telkom (TLKM), Indosat (ISAT), BCA (BBCA) dan Perusahaan Gas Negara (PGAS).

Indeks ditutup menguat tipis 10 poin (0,7%) menjadi 1.461 dari sebelumnya sempat terkoreksi 92 poin. Dampak positif dari auto rejection yang baru yakni penurunan menjadi terbatas begitu juga bagi short seller makin terjepit menjalankan aksinya. Namun sebaliknya tidak bisa mengejar reboundnya bursa saham Asia seperti Hang Seng yang melonjak 10,24%, Seoul naik 3,79%, KOSPI naik 3,62%, Shanghai naik 3,65% dan STI Singapura naik 7,18%.

Investor juga menyambut positif keluarnya Perpu UU tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang menjamin simpanan yang sebelumnya maksimal Rp 100 juta menjadi Rp 2 miliar atau naik 20 kali lipat mengikuti Eropa dan Australia.
Sementara itu, Bakrie Group melakukan public expose guna menjelaskan berbagai rumor atau isu yang cenderung menyesatkan di pasar.

14 Oktober:

Bank Indonesia kembali mengumumkan kebijakan baru termasuk di dalamnya pelonggaran Giro Wajib Minimum Valas.

15 Oktober:

Menyikapi kondisi bursa yang dinamis, Bursa Efek Indonesia mengeluarkan peraturan baru auto rejection (SE-005/BEI.PSH/10-2008) yakni batas atas menjadi 20% dari sebelumnya 10% sedangkan batas bawah tetap sama 10%. Selama ini pemberlakuan auto rejection selalu simetris antara batas atas dan bawah namun karena kondisi pasar yang sedang tertekan krisis keuangan global maka berubah menjadi asimetris.

From : Detikfinance.Com

Akhirnya BUMI pun dilego

BNBR terpaksa melepas seluruh portofolionya di BUMI lantaran sedang dililit utang gadai saham dengan jumlah pokok sebesar Rp 11,51 triliun dan bunga pinjaman sekitar Rp 1,22 triliun. Totalnya sekitar Rp 12,73 triliun.

Rencana penjualan BUMI pun langsung mendapat sambutan hangat. Investor dari dalam dan luar negeri berebut saham BUMI, termasuk para BUMN.

Siapa pun pasti ngiler dengan BUMI. Hingga semester I-2008, BUMI berhasil membukukan laba bersih hingga US$ 436,8 juta atau sekitar Rp 4,5 triliun. Perolehan laba tersebut berarti naik hingga 150% dibandingkan semester I-2007, terutama berkat naiknya harga batubara.

Namun kilauan kinerja BUMI tersebut tidak terjadi dalam waktu sekejap dan sempat mengalami jatuh bangun hingga pergantian bisnis inti.

Sementara harga sahamnya pun terus menanjak. Jika pada tahun 2006 harganya hanya berkisar padaRp 760, maka pada tahun-tahun berikutnya harga saham BUMI terus menanjak dan mencapai titik tertingginya pada 23 Juni 2008 sebesar Rp 8.500.

Namun semenjak kabar gadai saham BUMI muncul, sahamnya terus tergerus. Pada 6 Oktober 2008, saham BUMI ditutup pada Rp 2.175, sebelum akhirnya disuspensi pada perdagangan 7 Oktober.

Berikut sepenggal kisah dari Bumi Resources yang dulunya sempat bernama PT Bumi Modern Tbk, seperti dikutip detikFinance dari situs BUMI dan sumber-sumber lain, Sabtu (1/11/2008):

Tahun 1990, mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

Tahun 1997, PT Bakrie Capital Indonesia mengambil alih seluruh saham yang dimiliki Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 (AJB Bumiputera) sebanyak 58,51%.

13 Agustus 1998, RUPSLB Bumi Modern menyetujui perubahan bisnis inti dari sektor perhotelan dan turisme ke bisnis migas serta pertambangan.

Tahun 2000, perseroan mengambil alik 97,5% saham Gallo Oil (Jersey) Ltd. Gallo Oil didirikan di Jersey pada 17 Desember 1997.

20 September 2000
, Departemen Hukum dan HAM menyetujui perubahan nama dari PT Bumi Modern Tbk menjadi PT Bumi Resources Tbk.

November 2001
, BUMI mengakuisisi 80% saham PT Arutmin Indonesia dari BHP Minerals Exploration Inc. Ketika itu, Arutmin merpakan tambang batubara terbesar keempat di Indonesia dengan 4 tambang terbuka di Senakin, Satui, Asam-asam dan Batulicin, yang semuanya berlokasi di Kalimatan Selatan.

Oktober 2003, BUMI mengakuisisi 100% saham PT Kaltim Prima Coal (KPC), sekaligus menempatkan BUMI sebagai produsen batubara terbesar di Indonesia.

April 2004, perseroan mengakuisisi 19,99% saham Arutmin yang dimiliki PT Ekakarsa Yasakarya Indonesia. Dengan demikian, kepemilikan BUMI di Arutmin mencapai 99,99%.

Desember 2005, BUMI memfinalisasi divestasi saham KPC. Hasilnya, kepemilikan BUMI di KPC baik langsung ataupun tidak langsung mencapai 95%.

21 April 2008, induk BUMI, PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR) menggadaikan saham BUMI untuk memperoleh pinjaman pendek dari Odickson Finance di harga Rp 6.790 per saham.

7 Oktober 2008, 6 emiten Grup Bakrie disuspensi, termasuk BUMI.

31 Oktober 2008, BNBR mencapai kesepakatan untuk pembelian 35% saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) senilai US$ 1,3 Miliar.

Posted by Detikfinance.com